Thursday, 28 April 2016

Evaluasi Program dengan Metode CIPP

 Evaluasi Program dengan Metode CIPP

Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir  semua bidang dalam suatu program tertentu seperti,evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu.
Dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.
Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stuffleabem, dkk. (1967) di Ohio State University. Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). CIPP merupakan singkatan dari, context evaluation: evaluasi terhadap konteks, input evaluation: evaluasi terhadap masukan, process evaluation: evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponen evaluasi.
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. Menurut Stufflebeam, (dalam Widoyoko, 2009: 118) mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Penerapan CIPP menurut Tiangtong & Tongchin (2013) dalam jurnal yang berjudul A Multiple Intelligences Supported Web-based Collaborative Learning Model Using Stufflebeam’s CIPP Evaluation Model dinyatakan hal berikut, yang artinya:
model evaluasi CIPP telah digunakan untuk mengevaluasi berbagai proyek pendidikan dan lembaga. Misalnya, Joseph Felix mengadopsi model evaluasi CIPP untuk mengevaluasi dan meningkatkan instruksi di Cincinnati, Ohio, sistem sekolah (Felix, 1979), sama, Tom Nicholson direkomendasikan model evaluasi CIPP untuk mengevaluasi membaca instruksi (Nicholson, 1998), sama Jan Matthews dan Alan Hudson mengembangkan pedoman untuk evaluasi proyek pelatihan orangtua dalam kerangka model evaluasi CIPP (Matthews & Hudson, 2001).
Penerapan CIPP menurut menurut Guili Zhang et al (2011) dalam jurnal yang berjudul Using the Context, Input, Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive Framework to Guide the Planning, Implementation, and Assessment of Service-learning Programs dinyatakan hal berikut, yang artinya:
sebuah proyek pengembangan fakultas dirancang untuk mendukung pengajaran dan evaluasi profesionalisme mahasiswa kedokteran dan warga diperiksa menggunakan model evaluasi CIPP (Steinert, Cruess, Cruess, & Snell, 2005). Model ini telah digunakan untuk membangun sistem indikator pendidikan nasional Taiwan (Chien, Lee, & Cheng, 2007). Model ini juga berfungsi sebagai model evaluasi untuk Osokoya dan Adekunle (2007) untuk menilai tingkat terlatihnya pendaftar di Yayasan Leventis (Nigeria) proyek Sekolah Pertanian'. Selain itu, Combs, Gibson, et al. (2008) berasal penilaian kursus dan peningkatan model yang didasarkan pada model evaluasi CIPP karena fleksibilitas dalam memberikan hasil formatif dan sumatif.
Adapun menurut Zaresenjary & Khorami (2015) penerapan CIPP dalam jurnal yang berjudul The Pathology of In-service Training Courses of Dezful's Elementary Schools Teachers Based on the CIPP Model dinyatakan hal berikut, yang artinya:
sebuah sistem evaluasi bersifat efektif yang memberikan variasi majemen, struktur dan sumber daya manusia, mampu menilai sebuah rencana secara akurat berdasarkan pengetahuan yang sesuai, begitu sangat penting. Model evaluasi CIPP dapat memberikan kerangka yang komperhensif sebagai sebuah evaluasi kinerja pusat-pusat pendidikan dan menawarkan keakuratan serta kesesuaian informasi untuk mendukung seorang manajer pendidikan untuk menentukan strategi penentuan keputusan.

1   Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

Model evaluasi CIPP ini merupakan salah satu dari beberapa teknik evaluasi suatu program yang ada. Model ini dikembangkan oleh salah satu pakar evaluasi, Stufflebeam yang dikembangkan pada tahun 1971 dengan berlandaskan pada keempat dimensi yaitu dimensi context, dimensi input, dimensi process, dan dimensi product.
Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi
Stufflebeam melihat tujuan evaluasi sebagai:
  1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif;
  2. Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat program pendidikan atau obyek;
  3. Membantu pengembangan kebijakan dan program.

Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University. CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:
Context evaluation   : evaluasi terhadap konteks
Input evaluation       : evaluasi terhadap masukan
Process evaluation   : evaluasi terhadap proses
Product evaluation   : evaluasi terhadap hasil
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup empat macam keputusan:
  1. Perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan khusus
  2. Keputusan pembentukan atau structuring
  3. Keputusan implementasi
  4. Keputusan yang telah disusun ulang yang menentukan suatu program perlu diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang ada.

2   Model CIPP

2.1  Context Evaluation (Evaluasi Konteks)

Stufflebeam (dalam Hasan, 2002: 128) menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Arikunto menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini suharsimi memberikan contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dalam pengajuan pertanyaan evaluasi sebagai berikut:
  1. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima?
  2. Tujuan pengembngan apakah yang belum tercapai oleh program, misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan tambahan?
  3. Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mnegembangkan masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya?
  4. Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai, misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan?

2.2  Input Evaluation (Evaluasi Masukan)

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Widoyoko (2009: 136), evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1) sumber daya manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3) dana atau anggaran, dan 4) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini adalah :
  1. Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan siswa?
  2. Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan tambahan itu?
  3. Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan tambahan?
  4. Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan?

Menurut Stufflebeam (dalam Arikunto, 2010: 56), mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.

2.3  Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Worthen & Sanders 1981 (dalam Widoyoko, 2009: 137) menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan: “ (1) do detect or predict in procedural design or its implementation during implementation stage, (2) to provide information for programmed decision, and (3) to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut:
  1. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
  2. Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?
  3. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?
  4. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?

2.4  Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)

Sax 1980 (dalam Widoyoko, 2009: 598) memberikan pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) to make decision of program ”. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis (dalam Widoyoko, 2009: 14) menerangkan, evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Dari pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa, evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut:
  1. Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
  2. Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?
  3.  Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian)?
  4. Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program makanan tambahan ini?

3   Tujuan dan fungsi Evaluasi CIPP

Tujuan evaluasi program model CIPP adalah untuk keperluan pertimbangan dalam pengambilan sebuah keputusan/kebijakan.
Fungsi dari evaluasi model CIPP adalah membantu penanggung jawab program tersebut (pembuat kebijakan) dalam mengambil keputusan apakah meneruskan, modifikasi, atau menghentikan program.

Apabila tujuan yang ditetapkan program telah mencapai keberhasilannya, maka ukuran yang digunakan tergantung pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Daftar Pustaka

Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum, cetakan kedua. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tiantong,  M. & P. Tougchin. 2013. A Multiple Intelligences Supported Web-based Collaborative Learning Model Using Stufflebeam’s CIPP Evaluation Model. International Journal of Humanities and Social Science. 3(7): 159 (diunduh tanggal 17 Agustus 2015).
Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zaresenjary E., N. S. Khorami. The Pathology of In-service Training Courses of Dezful's Elementary Schools Teachers Based on the CIPP Model. International Journal On New Trends In Education And Literature. 1(7): 31 (diunduh tanggal 17 Agustus 2015).
Zhang G., N. Zeller, R. Griffith, D. Metcalf, J. Williams, C. Shea, & K. Misulis. 2011. Using the Context, Input, Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive Framework to Guide the Planning, Implementation, and Assessment of Service-learning Programs. Journal of Higher Education Outreach and Engagement. 15(4): 61-62 (diunduh tanggal 17 Agustus 2015).

1 comment :